Kurikulum Ramadhan; Meneladani Rasulullah Saw dalam menghiasi Bulan Suci

Kurikulum Ramadhan; Meneladani Rasulullah Saw dalam menghiasi Bulan Suci 

Oleh: Abid Febrian Pratama


Bulan ini dimuliakan dengan diturunkannya al-Quran. Seandainya bulan Ramadhan tidak memiliki keutamaan lain selain turunnya al-Quran maka itu pun sudah lebih dari cukup. Apa tah lagi ditambah dengan berbagai keutamaan lainnya seperti pengampunan dosa, diangkatnya derajat, pahala berlipat bagi amal kebaikan, dan pembebasan banyak jiwa dari api neraka.

Pada bulan yang penuh berkah ini, pintu-pintu Surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup rapat. Tak hanya itu, setan-setan pun dibelenggu. Inilah bulan yang dirindukan oleh para pencari kebaikan, dan dielu-elukan pelanggan dosa.

Melalui momentum yang penuh berkah ini sudah semestinya kita hiasi dengan mengerjakan amal shaleh secara ikhlas dan mengikuti tuntunan Rasulullah Saw. Karena setiap amal shalih yang dilakukan oleh seorang hamba tidak akan diterima kecuali jika dilaksanakan dengan ikhlash dan mengikuti petunjuk Rasulullah Saw. Ikhlas dan sesuai sunnah merupakan rukun diterimanya amal shalih. Keduanya ibaratkan dua sayap yang saling melengkapi. Sebagimana layaknya seekor burung tidak mungkin bisa terbang dengan menggunakan satu sayap.

Untuk itu, marilah kita berusaha untuk mempelajari prilaku Rasulullah di bulan Ramadhân agar kita bisa meneladaninya. Karena orang yang tidak berada diatas petunjuk Rasulullah Saw di dunia, tidak akan bisa bersama beliau kelak di akhirat. Sedangkan kebahagiaan tertinggi seorang Mukmin ketika ia mengikuti petunjuk Rasulullah secara lahir dan batin. Dan seseorang tidak akan bisa mengikuti Rasulullah Saw kecuali dengan ilmu yang bermanfaat. Dan Ilmu itu tidak akan disebut bermanfaat kecuali bila diiringi dengan amalan yang shalih. Jadi amalan shalih merupakan buah ilmu yang bermanfaat.

Berikut ini beberapa kebiasaan dan petunjuk Rasulullah Saw pada bulan Ramadhân:

1. Rasulullah Saw tidak akan memulai puasa kecuali jika beliau sudah benar-benar melihat hilal atau berdasarkan berita dari orang yang bisa dipercaya tentang munculnya hilal atau dengan menyempurnakan bilangan Sya’ban menjadi tiga puluh.

2. Rasulullah Saw tetap menerima berita tentang terbitnya hilal tetap beliau sekalipun dari satu orang dengan catatan orang tersebut bisa dipercaya.

3. Rasulullah Saw melarang umatnya mengawali Ramadhan dengan puasa satu atau dua hari sebelumnya kecuali puasa yang sudah terbiasa dilakukan oleh seseorang. 

4. Rasulullah Saw berniat untuk melakukan puasa saat malam sebelum terbit fajar. Hukum ini hanya berlaku untuk puasa-puasa wajib, tidak untuk puasa sunah.

5. Rasulullah Saw memulai puasa sampai benar-benar terlihat fajar shadiq dengan jelas. Berdasarkan firman Allah Swt:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ

Dan makan serta minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar“. (al-Baqarah[2]:187)

6. Rasulullah Saw menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur. Rasulullah Saw bersabda:

لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

"Umatku senantiasa baik selama mereka menyegerakan berbuka"

7. Jarak antara sahur Rasulullah Saw dan Iqamah seukuran bacaan lima puluh ayat

8. Rasulullah Saw memiliki akhlak yang sangat mulia baik selama berpuasa maupun tidak berpuasa. akhlaknya. Bagaimana tidak, akhlak beliau adalah al-Qur’ân. Dan menyerukan agar umatnya untuk berakhlak mulia sebagimana sabda Rasullullah Saw: 

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Siapa saja yang tidak meninggalkan perkatan dan perbuatan dusta, maka tidak membutuhkan puasanya sama sekali."

9. Rasulullah Saw sangat memperhatikan muamalah yang baik dengan keluarganya

10. Rasulullah Saw tidak meninggalkan siwak baik di bulan Ramadhan maupun diluar Ramadhan. 

11. Diantara bukti Rasulullah Saw menyayangi umatnya, beliau membolehkan orang yang sedang dalam perjalanan, orang yang sakit dan oranng yang lanjut usia serta wanita hamil dan menyusui untuk tidak berpuasa dan mengganti pada hari lainnya.

12. Rasulullah Saw bersungguh-sungguh dalam beribadah pada bulan Ramadhan jika dibandingkan dengan bulan-bulan lain. Terlebih pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

13. Rasulullah Saw beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. 

14. Ramadhan merupakan syahrul Quran (bulan al-Quran), sehingga tadarus al-Quran menjadi rutinitas beliau, bahkan tidak ada seorangpun yang sanggup menandingi kesungguh-sungguhan beliau dalam tadarus al-Qur’ân. 

15. Rasulullah Saw merupakan sosok yang dermawan. Kedermawanan Beliau tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. 

Semoga Allah Swt memberikan taufik kepada kita untuk selalu mengikuti jejak Rasulullah Saw, hidup kita diatas sunnah dan semoga Allah Swt mewafatkan kita juga dalam keadaan mengikuti sunnah Rasulullah

Komentar